Bincang MIMDAN (5) Tentang Budaya Remixed Bersama Lil'li Latisha


Cuplikan adegan dalam Karya Web Series "Remixed Culture" Lil'li Latisha 

Zaman sekarang bisa dibilang sebagai musim semi teknologi dan informasi. Pesatnya kemajuan teknologi, cepatnya penyebaran informasi dan batas negara yang sudah tidak dirasakan akibat dunia dalam jaringan menyebabkan era dewasa ini disebut sebagai Information Age atau Era Informasi. Era Informasi ini menciptakan generasi Z, generasi emas multi kultural dan multi peradaban yang tumbuh bersama Internet.

Rabu 30 Maret 2022 pada pukul 19:30, akun @merajut_indonesia di Instagram mengadakan siaran langsung yang diisi oleh narasumber dari generasi Z; Lil’li Latisha. Lil’li adalah content creator dan seniman yang menjadikan platform digital sebagai salah satu media dalam berkarya, Lil’li sudah menari sejak kecil, menjadi aktor dan memenangkan Global Winner Rise of the World 2021. Di Acara IG live bincang Mimdan #5 ini Lil’li dipandu Evi Sri Rezeki mengangkat tema “Budaya Remixed: Perjalanan Budaya, Perjalanan Menemukan Diri”.

Budaya Remixed ini adalah proses pencampuran budaya yang terjadi secara personal maupun kolektif terhadap dua budaya atau lebih. Proses ini sudah dilakukan oleh manusia sejak munculnya budaya itu sendiri, namun pencampuaran budaya saat ini lebih umum karena pesatnya informasi di Internet.

Latar belakang Lil’li memberikan sebuah contoh yang jelas terhadap pencampuran budaya ini, ia lahir di Jakarta dari Ibu yang berasal dari Surabaya dan Ayah yang berasal dari Medan, memiliki darah Tionghoa dan menghabiskan rata-rata waktunya di Internet dimana western culture mendominasi. Namun, apa keuntungan dari Budaya Remixed ini? Bagaimana implementasinya di dunia nyata.

Menurut Lil’li, Budaya Remixed ini mampu dijadikan sebuah proses menemukan jati diri atau identitas, sebuah perjalanan yang mengembangkan diri dan mengikuti perkembangan zaman namun tetap mengakar pada budaya Indonesia yang beraneka ragam. Konsumtif, kontra produktif dan terlalu ke barat-baratan adalah beberapa kritik yang tak jarang dilontarkan pada generasi Z, Lil’li memberi solusi terhadap kritik itu dengan Budaya Remixed karena menurutnya solitare atau individualisme adalah salah satu efek negatif dunia modern yang bisa diselesaikan dengan mengimplementasikan cara bersosialisasi Indonesia yang kolektif.

Selain itu, Lil’li juga mengimplementasikan Remixed Culture ini menjadi sebuah karya Web Series dengan judul “Remixed Culture” tentang ketertarikannya kepada tarian dan budaya Indonesia. Webseries dengan episode pilot yang diunggah pada 10 Februari 2022 ini menyelami lebih dalam bagaimana Generation Z memaknai budaya Indonesia dengan campuran budaya Pop dan budaya Gen-Z atau budaya Internet.

Hal yang digaris bawahi disini adalah begitu cepat dan mudahnya informasi yang bisa kita dapatkan saat ini mampu mempengaruhi cara pandang kita sebagai manusia secara sadar atau tidak sadar. Lil’li sendiri berbicara menggunakan bahasa campuran Indonesia dan Inggris dan dia sangat menekankan baik di siaran langsung maupun webseries bahwa penggunaan bahasa seperti itu tidak salah dan menjadi sebuah bentuk budaya dan penggunaan bahasa yang baru. Karena itu Lil’li juga berpendapat bahwa keterbukaan terhadap budaya lain juga harus ditanamkan agar kita lebih menghargai perbedaan nilai, melihat prespektif yang berbeda dan akhirnya menjadi lebih kreatif.

Dunia Internet tempat Lil’li berplatform menurut Lil’li harus didasari oleh nilai-nilai yang dipelajari dari dunia nyata agar mampu membuat dampak yang positif. Hal itulah yang mendasari Lil’li pergi ke Borobudur dan mempelajari tariannya di “Budaya Remixed” karena dunia nyata merupakan pondasi sebelum terjun ke dunia digital. Hal itu tidak dapat dicapai jika kita tidak melihat keberagaman budaya baik itu tradisi maupun kontemporer dengan pikiran yang terbuka atau kalau dikatakan Gen Z “Open Minded

Pandi lewat program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi AksaraNusantara”  kali ini melihat Aksara dari kacamata Generasi Z, pandangannya tentang bagaimana Internet bisa dimanfaatkan sebagai sarana pencarian budaya dan bagaimana keterbukaan pikiran bisa membuat pandangan kita lebih luas. Pada akhirnya setelah menelisik lebih dalam tentang perjalanan budaya, kita mampu menemukan jati diri dan identitas sebagai pewaris budaya Indonesia apapun latar belakangnya. Jika mengutip dari Lil’i sendiri; “Mengupas masa lalu, menjelajah masa kini dan merencanakan masa depan. Menangkap, menggabungkan dan menguatkan ini adalah budaya Remixed. (Penulis: Laudza Dermaga Nareswara)

Share on Google Plus

About rupadankata

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar