Jejak Aktivitas Seni Patung dalam Pameran "Journey''

Seorang pengunjung sedang mendokumentasikan pameran "Journey

Pada tahun1999 diadakan sebuah pameran di Dirix Art Gallery Yogyakarta dengan judul “Sculpture of Freedom” mengadakan sebuah pameran patung yang dikuratori oleh Heri Kris seorang seniman kontemporer yang menempuh pendidikan FSR ISI Yogyakarta pada tahun 1986. 

Pada sebuah forum diskusi yang menyertai 28 pematung, dibuka topik tentang bagaimana seni patung belum memainkan peran yang optimal dalam kualitas penciptaan hingga wadah untuk para pematung yang memiliki potensi serta aktivitas seni patung yang kontribusinya signifikan. 

Melihat lagi pada masa itu belum banyak karya patung yang berkualitas di ruang publik. Forum diskusi tersebut menghasilkan sebuah kesepakatan membentuk sebuah organisasi oleh “Kelompok Sembilan” yang merupakan sebuah tim pembentuk organisasi para pematung. Pameran “Sculpture of Freedom” membentuk ruang pameran yang berpindah-pindah dengan Dirix Art Gallery Yogyakarta dan Museum Affandi pada 25 Agustus 1999 sampai 25 September 1999.

Serangkaian pertemuan yang mulanya seniman patung berjumlah 28 pematung, perpindahan tempat mendorong penambahan partisipan dalam aktivitas kesenian patung. Pada tanggal 7 Juli 2000, organisasi bernama Asosiasi Pematung Indonesia terbentuk. G. Sidharta Soegijo menjadi ketua umum periode pertama yang dianggotakan oleh pematung senior saat ini, antara lain adalah: Kasman KS, Soewardi, Anusapati, dan Lenny Ratnasari.

Pada bulan November 2000 diselenggarakan sebuah pameran yang menjadi penanda bahwa Asosiasi Pematung Indonesia (API) telah berdiri. Pameran “Pameran Patung 2000” yang dilaksanakan di Hotel Natour Garuda Yogyakarta sekaligus kota Yogyakarta menjadi pusat API. Seniman yang berpartisipasi dalam “Pameran Patung 2000” berjumlah 29 pematung anggota API.  Dari sanalah API memperluas keanggotaan ke berbagai kota besar seperti Jakarta, Bandung, Solo, Padang, Medan, dan Makassar.

Dari organisasi tersebut banyak aktivitas kesenian patung yang menyemarakan dunia seni mulai dari Jogja Street Sculpture yang mewarnai ruang publik seperti jalanan sekitar kota Yogyakarta dengan berbagai patung yang menarik perhatian wisatawan hingga pejalan kaki sampai pameran virtual berjudul “Stay@Home”  pada tahun 2020 yang dikuratori oleh Benny Ronald Tahalele. 

Pameran "Journey"di selasar ruang galeri Taman Budaya Yogjakarta

Pameran “Stay@Home” menghadirkan sepuluh karya pematung anggota API dari kota Jakarta. Seniman yang terlibat adalah Agoes Salim, Hardiman Radjab, Jack S Riyadi, Darwin, Henry The Koi, dan Tedy Murdianto. Pameran yang didukung Edwin’s Gallery dan Galeri Nasional Indonesia berperan dalam mengenalkan berbagai kreator, apresiator, dan masyarakat luas.

Hingga hari ini, API menyelenggarakan sebuah pameran di Taman Budaya Yogyakarta berjudul “Journey” pada tanggal 12 -18 September 2022 lalu. Pameran yang dikuratori oleh Rain Rosidin ini diikuti oleh 57 seniman patung. Memperingati perjalanan yang saat ini sudah yang ke-22 tahun, karya-karya yang dipamerkan merupakan bentuk dari bagaimana pematung melakukan berbagai aktivitas kesenian mulai dari eksplorasi material, teknik dan pendekatan metode ekspresi mematung dalam seni rupa kontemporer. 

Ada pula karya patung yang dipamerkan berusia jauh dari API dipamerkan di pameran “Journey” ini. Seniman yang sudah tiada pun karyanya ikut dipamerkan sebagai sebuah profil para pematung dan bentuk proses pengkaryaan dari anggota API.

Pameran “Journey” menampilkan karya-karya yang lampau hingga yang baru ini menunjukkan bahwa aktivitas kesenian patung mengalami banyak pertemuan dengan fenomena-fenomena sekitar pada masa itu. Pembentukkan organisasi API pun merupakan sebuah gerakan yang beriringan beberapa aktivitas kolekta kesenian pada tahun 1999 sampai 2000an. Kelompok-kelompok seni terbentuk akibat pesatnya  perkembangan kesenian di berbagai belahan dunia. Tak hanya itu, seni murni merupakan seni yang baru berkenalan dengan Indonesia pada saat Raden Saleh disekolahkan di sekolah seni di Nederland. Aktivitas yang didorong oleh semangat kelompok menghasilkan banyak kelompok atau kolekta untuk menggerakkan suatu upaya perluasannya paham atau pengetahuan tentang suatu hal yang mereka perjuangkan. Persagi merupakan salah satu gerakan kesenian yang bertujuan meningkatkan kesadaran identitas seniman di Indonesia dengan bagaimana seniman Indonesia menampilkan situasi dan kondisi Indonesia yang nyata.

Dalam kasus gerakan Persagi, suatu kelompok yang tiap individunya memiliki tujuan dan paham yang sama menyatukan ide dan gagasan tentang sesuatu yang perlu dihadirkan atau pembaharuan akan suatu hal membentuk sebuah kolektif yang nantinya dapat melaksanakan sebuah aktivitas atau agenda yang tujuannya memberikan kontribusi pada masyarakat atau dunia seni itu sendiri. 

API merupakan salah satu kelompok seniman yang individunya resah akan suatu hal yang ingin mereka perbaharui atau hadirkan di masyarakat maupun di dunia seni. Aktivitasnya pun menghasilkan wadah untuk pematung tua hingga muda secara profesional. Bentuk kontribusi masyarakat publiknya pun seperti Jogja Street Sculpture yang mewarnai jalanan di kota Yogyakarta untuk objek wisata foto hingga pembuatan monumen-monumen di berbagai pusat kota.

Masuknya seni rupa murni ke Indonesia salah satu hadiah dari masyarakat Barat yang nantinya akan memperkaya bidang pengetahuan di Indonesia. Meskipun dalam pergerakan dan pahamnya mengalami banyak loncatan yang mengalami banyak irisan seperti bagaimana seni modern dan kontemporer mengalami beberapa peleburan, hingga wacana, ide, dan gagasan mengalami banyak perkembangan yang cukup signifikan. Tetapi bila dilihat bagaimana seni di Indonesia melalui persoalan runtutan, Indonesia harus melakukan banyak pekerjaan rumah yang terbilang menumpuk dalam penyesuaian kemajuan intelektual. Bagaimana hyperreality mulai memasuki wacana dan gagasan beberapa pameran dan ide konseptualnya dan hyperreality sendiri merupakan konsep yang lahir pada abad 20 oleh Jean Baudrillard.

Perkembangan wacana, ide, dan gagasan seni akan menghasilkan suatu pergerakan yang nantinya menjadi bentuk proses atau aktivitas yang nantinya akan tercatat di sejarah perkembangannya. Seniman muda memiliki tanggung jawab akan kesinambungan ekosistem seni dengan pergerakan yang beragam. Pameran “Journey” salah satu bentuk dari bukti sejarah yang nantinya dapat mengembangkan aktivitas seni dari jejak-jejak seniman senior yang telah mahsyur pada masanya. Bisa juga seniman muda mendobrak dan membaharui apa yang lampau sebagaimana pergerakan kesenian di masa lalu. (Penulis: Sekararum Winihastuti)

Sumber Pustaka

http://www.penebar.com/2012/04/komunitas-seni-patung-yogyakarta.html http://www.jurnal.senirupaikj.ac.id/index.php/natar/article/view/145/123


 


Share on Google Plus

About rupadankata

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar