Lapisan Imaji Dalam Pameran "Phantasmagoria"

Ket Foto: Suasana Malam Pembukaan Pameran "Phantasamagoria", Sumber Foto: Muhammad Fahrul



Menikmati karya seni kerap penuh dengan kejutan dan terkadang kita sibuk mencoba mencari makna karya yang ditampilkan atau membayangkan proses kreatif seniman pada saat mengerjakan karya. Seperti halnya ketika saya menghadiri pembukaan pameran bertajuk "Phantasmagoria" yang berlangsung di Galeri Wastu (kampus STDI) Jl wastukencana no 52 Bandung, tepatnya pada  tanggal 25 Januari 2017 yang lalu.

Pameran seni rupa yang dikerjakan oleh tiga perupa dari Bandung disajikan kepada publik seni sebagai rekonstruksi realitas bagaimana mereka memposisikan dirinya terhadap realitas itu sendiri. Hal tersebut disampaikan pula dalam pengantar pameran, Jajang Supriyadi selaku kurator pameran ini menuliskan "cara pandang dan sikap seniman acapkali paradoks - namun realitas adalah segi yang selalu didamba. seniman dan realitas seakan sisi uang yang tidak bisa dipisahkan ----- kerja kreatif seniman tidak bisa melepaskan diri dari ketersediaan imaji yang berlimpah. terus menerus diproduksi dan direproduksi menjadi pembentuk realitas baru saat ini"

Pameran yang diselenggarakan oleh tiga seniman, yaitu Dian Spaun, Robertus Adi dan Nandanggawe menampilkan karya yang mengacu pada pilihan masing-masing. Objek lukisan dalam pameran ini menunjukkan bagaimana mereka memaknai realitas yang berlapis, merangkainya dan berbagi lapisan. 

Misalnya pada karya Robertus Adi  mengangkat tema tentang kecantikan, dengan mengambil simbol kupu-kupu, rambut yang terurai. ia seperti hendak menyampaikan perihal kecantikan, budaya konsumtif dan kekuasaan. Dalam katalog, Robertus Adi menjelaskan konsep adanya batasan yang jelas antara sesuatu yang nyata dengan yang tidak, baik itu yang dialami ataupun artivisual. Pemilihan media yang ia gunakan adalah drawing dan mix media.

Seniman berikutnya adalah Nandanggawe yang menampilkan objek dengan sebagian  namun kita masih bisa melihat dan merasakan garisnya yang khas. Misalnya pada karya berseri judul "Anomali Tubuh", menampilkan tubuh-tubuh absurd, wajah menyeringai, kaki menjadi tubuh itu sendiri, sosok dengan tangan yang memiliki kepala dan tubuh absurd lainnya. Media yang ia gunakan adalah kolase. Keterangan dalam katalog Nandang menjelaskan kolase menurutnya merupakan perspektif, cara berpikir dan memandang, spririt bermain dan menjadi gagasan itu sendiri.

Ket Foto: Pengunjung Sedang Mengaktifkan Fitur "Augmented Reality" Karya Dian Spaun, 

                                                            Sumber Foto: Besti Rahulasmoro

Seniman yang terakhir adalah Dian Spaun, menghadirkan media digital menggunakan perangkat teknologi. Setiap pengunjung yang datang bisa mengaktifkan fitur augmented realliti. Dengan fitur ini, pengunjung pameran bisa berfoto di depan karya lalu muncul imej tambahan pada foto. Dalam katalog pameran, Dian menjelaskan konsep dengan augmented reality, sebuah dunia yang kasatmata bisa ditampilkan di hadapan kita secara visual.

Demikian ulasan singkat mengenai pameran "Phantasmagoria". Jika Anda ingin mengetahui lebih jelas karya-karya nya bisa datang ke Galeri Wastu (Kampus STDI) di Jl Wastukencana No 52 Bandung. Pameran ditutup tanggal 31 Januari 2017 dengan acara diskusi, tepatnya pukul 14.00 - 17.00 WIB bersama pembicara: kurator pameran Jajang Supriyadi dan ketiga seniman yang berpameran. 

(Penulis: Besti Rahulasmoro)

 

Share on Google Plus

About rupadankata

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar