Kali Kala, Homestay di Yogjakarta - Nyaman Dengan Rasa Persahabatan

Ket Foto: Kali Kala, Sumber Foto: @kalikala.id

Yogjakarta merupakan salah satu kota yang khas dengan berbagai julukan, mulai dari kota gudeg, kota seniman, kota wisata, kota batik dan masih banyak sebutannya. Banyak orang yang pernah berkunjung ke kota ini mengatakan bahwa Yogjakarta adalah kota yang bikin kangen, maka tidak sedikit dari mereka yang kemudian ingin kembali berkunjung.

Banyak yang tidak menampik bahwa di setiap sudut-sudut kota menawarkan berbagai keanekaragaman seni dan budaya dengan nuansa kerakyatan yang dihadirkan menjadi salah satu daya tarik wisatawan datang. Sebagai kota budaya, Yogja tidak pernah sepi dari agenda seni, mulai dari pameran, pertunjukan teater, musik dan sastra. Keberadaan kota ini tidak lepas dari galeri seni dan gedung-gedung pertunjukan. Setiap tahunnya kerap kota ini menjadi tujuan pecinta seni, business, travelling yang tinggi, baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Jadi tidaklah heran jika banyak pilihan hotel, losmen, homestay yang bisa Anda temukan di kota ini.

Sesampainya di Stasiun Tugu, Rupa dan kata langsung menuju Kali Kala, sebuah homestay yang terletak di tengah kota Yogjakarta, tepatnya di Jl Minggiran Baru, Mj2/ 977 Yogjakarta 55141. Berjalan kaki dari Stasiun Tugu menuju Kali Kala hanya memakan waktu 15 menit, sedangkan jika menggunakan kendaraan hanya 10 menit.

Dari lokasinya, Kali Kala sangat strategis dalam jangkauan jalan kaki menuju tempat-tempat wisata utama di Yogjakarta, seperti ke Malioboro, Keraton Yogjakarta, galeri-galeri seni atau tempat-tempat seni pertunjukan lainnya. 

Ket Foto: Teras Depan Kali Kala, Sumber Foto: Kali Kala

Sesampainya disana dua orang wanita sedang asik mengobrol di teras depan. Suara gemericik air kolam dan warna hijau alami pohon dan tanaman yang tumbuh di bagian sisi lain halaman, membuat pikiran menjadi lebih rileks. Salah seorang wanita berkacamata langsung menyambut dengan senyuman dan sambutan yang ramah. Ia adalah Delima Rohayati atau akrab dengan sapaan Delima, pemilik sekaligus pengelola Kali Kala.  

Saat bincang-bincang dengan Rupa dan Kata, Delima menceritakan awal memulai bisnis homestay karena banyak kawannya yang menjalankan bisnis ini. Selain itu ia menangkap terbukanya peluang karena potensi pariwisata di kota Yogja sangat besar . "karena tinggal sendiri dan ada kamar kosong, dari pada didiamkan lebih baik dimanfaatkan untuk menambah penghasilan dan tambah banyak kenalan. Apalagi sekarang ini di Yogja, banyak traveler yang suka suasana penginapan yang hommy", ujar Delima.

Ia, memulai bisnis homestay pada tahun 2015, awalnya menggunakan konsep BnB yaitu  seperti saat berkunjung ke kota lain, menginap di satu tempat yang rasanya lebih seperti menginap di rumah teman. Konsep yang lebih menekankan pada jejaring antar perkawanan.

Dari segi fungsi, Kali Kala sebagai ruang penginapan sama halnya dengan jenis penginapan lain yaitu setiap tamu yang menginap memiliki tujuan melepaskan lelah, tidur dsb. Perbedaannya konsep Kali Kala adalah lebih hommy, inilah yang menjadi keunikan tersendiri dan nilai lebih.

Hal ini dijelaskan oleh Delima: “saya memang lebih suka yang bentuknya hommy, kalau di Indonesia homestay identik dengan menyewa satu rumah full dan tidak ada pemilik rumah. Sedangkan di Kalikala, ada pemiliknya, saya tetap tinggal di sini. Dengan demikian saya dan tamu yang datang bisa sharing bareng, saling mengenal. Konsep itu saya terapkan agar tamu merasa lebih nyaman dan saya juga lebih nyaman".

Fasilitas Dan Dekorasi Ruangan


Ket Foto: Ruang Santai Kali Kala, Sumber Foto: Kali Kala


Dengan lokasi yang tidak jauh dari pusat kota, Kali Kala menyediakan fasilitas yang lengkap, nyaman dan bersih, bisa digunakan untuk bersantai, memenuhi kebutuhannya dan merasakan seperti rumah sendiri. Tengok saja, fasilitas wifi, dapur, kulkas, kompor, tamu yang menginap bisa membuat kopi, teh sepuasnya.

Kamar yang disediakan ada 2 tipe, yaitu: tipe standard double dan double kecil. Masing-masing kamar dilengkapi dengan kipas angin, lampu tidur, meja rias, gantungan baju dengan konsep unik dan handuk.  Pagi hari, sudah tidak perlu mencari sarapan karena setelah jam 8 pagi sudah disiapkan menu sarapan tradisional, seperti: nasi kuning, kupat tahu, nasi uduk atau jajajan pasar: lemper, semar mendem dsb.

Kali Kala menyediakan juga layanan wisata dan penyewaan mobil atau motor. Masalah pakaian kotor, Anda tidak lagi menumpuknya di ransel atau mencuci sendiri, karena Kali Kala menyediaan layanan binatu. Kamar mandinya bersama dengan penataan yang manis, bersih dengan pancuran air dingin.

Dari segi desain interior, Kali Kala menggunakan konsep minimalis. Di dinding ruang tengah dan meja makan terdapat lukisan mural dengan bentuk sederhana dan tidak memiliki banyak detail. Dengan pemilihan objek dan warna yang sesuai, karya mural bisa mengurangi kesan kosong dan dalam. Pemilihan tone warna atau gaya interior diselaraskan dengan bentuk dan warna lukisan dinding.

Ket Foto: Ruang Makan Kali Kala, Sumber Foto: Kali Kala

Di ruang dalam Kali Kala memang tidak banyak barang atau hiasan, hanya beberapa meja ditambah  bantal gaya lesehan serta meja dengan tumpukan buku, catalog beberapa destinasi wisata, galeri, cafĂ©, artshop di kota Yogjakarta. Begitupun di ruang makan, pemilihan kursi dan meja kayu dengan sentuhan warna bantal dipilih selaras dengan lukisan dinding. Walau tampak sederhana namun hal bisa memberikan kesan elegant.

Selain nyaman, Kali Kala menawarkan konsep ramah lingkungan. Meja, rak, kursi serta beberapa interior lainnya dominan terbuat dari kayu yang ia olah kembali. Tirai dengan hiasan kain perca juga hasil kerajinan tangannya sendiri. "Saya tertarik dengan konsep reduce, yaitu menggunakan barang-barang yang ada, jadi tidak terbuang percuma,  mengurangi belanja barang yang merusak lingkungan atau yang tidak dibutuhkan. Saya tidak butuh banyak barang untuk membuat hidup bahagia, yang penting khan tujuannya", tutur Delima menjelaskan konsep pemilihan/ penggunaan barang-barang interior maupun eksterior.

Perempuan kelahiran Mei 1981 ini memiliki rencana kedepan selain mengelola homestay, ia akan menyediakan kerajinan handmade, jadi para traveler yang menginap tidak perlu repot mencari cendramata.

Kali Kala Pencampuran Homestay Tradisional Dan Modern

 

Ket Foto: Delima bersama tamu para traveler, Sumber Foto: Kali Kala

Di Kali Kala, traveler tidak hanya sekedar untuk tidur dan menyimpan barang. Tapi ada waktu untuk saling berinteraksi biasanya saat pagi hari atau sesudah melakukan aktivitas yang menjadi tujuan datang ke kota Yogja. Di waktu tersebutlah mulai terjalin hubungan yang lebih santai.

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, dari segi fungsi Kali Kala sama halnya dengan homestay atau penginapan lainnya yaitu menyediakan kepentingan akomodasi bagi para traveler baik lokal maupun mancanegara. Namun, pengalaman Rupa dan Kata yang dirasakan selama menginap adalah perlakuan yang dilakukan lebih alami tanpa ada unsur kemasan yang dibuat-buat. Artinya, fasilitas dan perlakuan semua terlihat wajar tanpa ada maksud tertentu, untuk mengagungkan tamu seolah-olah adalah raja.

Keberadaan traveler yang menginap lebih seperti dianggap kawan atau saudara yang sudah lama tidak bertemu lalu tinggal dalam beberapa waktu tertentu. Walaupun konsepnya semi homestay tradisional, namun tidak akhirnya Delima mengenyampingkan aspek bisnis dan manajemen dalam pengelolaannya. Ia memanfaatkan beberapa media pemasaran dengan menyediakan fasilitas booking online, untuk mempermudah proses pemesanan dimanapun dan kapanpun.

Dengan terbukanya publikasi, jika dibandingkan dengan jumlah kamar yang disediakan (hanya 2), Delima tidak hanya berupaya mendatangkan tamu sebanyak-banyaknya, ia menerapkan beberapa aturan, misalnya memperlihatkan KTP atau kartu identitas lainnya, proses check-in, tidak merokok di dalam rumah, (area smoking disediakan di teras depan).

Kali Kala dengan sentuhan pengetahuan dan penerapan homestay dalam skala kecil untuk pemenuhan kebutuhan homestay di jaman modern seperti sekarang ini, menjadi sesuatu yang dirindukan. Sejak orang-orang mulai sibuk dengan layar gadget, upload foto, memikirkan status, siapa dan berapa banyak followers dsb.
Di teras depan, sambil menikmati kopi dan teh bersama, secara langsung terjadi proses interaksi yang diartikulasikan dengan santai. Di Kali Kala bukan lagi soal tidur, istirahat, mandi atau sekedar menyimpan barang. Namun secara alami, terjadi pertukaran kebudayaan kebiasaan dan saling memahami sesama pemilik homestay dan para traveler yang menginap. Artinya, secara tidak langsung, terjadi perilaku social learning atau membudayakan sikap interaksi langsung dengan bersosialisasi, berkomunikasi, menjalin hubungan harmonis yang didasari sikap saling menghormati dan menghargai budaya lain.  Rasanya ini yang sudah lama hilang, berkenalan dalam perjalanan dan persinggahan,

Kembali ke kamar di Kali Kala, di sebuah rak terdapat tumpukan buku tertata dengan rapi. Salah satunya buku Paulo Coehlo. Jadi teringat salah satu kalimat dalam novelnya yang berjudul  "The Zair":

“ … yang penting dalam sebuah hubungan manusia adalah percakapan, tapi orang tidak bicara lagi. Mereka tidak duduk untuk berbincang dan mendengarkan. Mereka pergi ke teater, bioskop, menonton televisi, mendengarkan radio, membaca buku. Mereka hampir tidak pernah bicara. Jika kita ingin merubah dunia. Kita harus kembali ke waktu ketika prajurit berkumpul disekitar api dan bercerita". (Penulis: Besti Rahulasmoro)



Share on Google Plus

About rupadankata

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar