Seniman Zaman Now Dituntut Bikin New Media Art

Ket Foto: Diskusi Video Art Bersama Krisna Murti, Sumber Foto: Iman Herdiana
 
Zaman tak henti memberi kejutan. Hadirnya teknologi informasi yang melahirkan internet memengaruhi semua lini, tak terkecuali seni.


Di ranah seni, teknologi informasi merangsang atau bahkan menuntut seniman untuk memanfaatkan media. Sehingga karya yang dihasilkan seniman pun menjadi berbasis internet. Di seni rupa, misalnya, alat yang dipakai seniman tak lagi kuas, kanvas, pahat, gudang atau galeri, melainkan perlu juga USB.

Keberadaan teknologi informasi ini kemudian melahirkan genre seni media baru (new media art). Seni media baru ini dikupas dalam bincang santai "Krisna Murti Video Art Talk" di Galeri Rumah Proses, Jalan Mutumanikam, Buahbatu, Bandung, Selasa 9 Januari 2018.

Sebagaimana tajuknya, diskusi tersebut menghadirkan maestro video art Krisna Murti. Lebih dari sepuluh orang menghadiri diskusi yang dibuka Rudi St Darma alias Uday ini, diselingi kopi dan batagor.

Selain diskusi, Krisna Murti menampilkan beberapa karya video art-nya, antara lain video yang pernah dipamerkan di Washington, Amerika Serikat berjudul "Hijab".

Bagi yang masih asing dengan video art, melihat video "Hijab" mungkin akan terkesan ganjil, jauh beda dengan video dokumenter apalagi film.

Video dengan durasi sekitar 10 menit itu menampilkan 12 perempuan Indonesia, semua memakai hijab. Tapi tak seragam. Ada perawat berhijab, PNS, perempuan bercadar, perempuan berhijab tapi dengan celana panjang jeans, perempuan berhijab tapi mengenakan kebaya, hingga jilbab seksi alias jilbob dan lain-lain.

Selusin perempuan tersebut berbaris, diiringi suara laki-laki memerintah seperti komandan militer. Suara itu memerintahkan barisan perempuan berhijab untuk hadap kiri atau kanan. Tapi setelah mendapat perintah, mereka malah bergerak sendiri ke kanan dan ke kiri.

Video art Krisna Murti menampilkan beragam model dan warna hijab di Indonesia. Sebuah potret keberagaman, bukan keseragaman. Keberagaman ini muncul alami, tanpa ada yang memerintah

Seniman kelahiran 1957 tersebut ingin menunjukkan bahwa di kalangan masyarakat, perbedaan model dan warna itu tak masalah. Cuma di kalangan tertentu saja perbedaan dipersoalkan.

"Di akar rumput tak masalah perbedaan. Artinya, pebedaan di masyarakat muslim itu pilihan dan boleh," kata seniman yang lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Teknologi Bandung (1981). Video “Hijab” menegaskan bahwa keberagaman dan toleransi di Indonesia menjadi keniscayaan. Meskipun akhir-akhir ini marak persekusi atau aksi intoleran terhadap pihak yang memilih berbeda.

Krisna Murti sendiri tidak menampik jika video art "Hijab" dapat memancing interpretasi lain jika diputar di Indonesia. Meski ia berencana memamerkan keberagaman hijab Indonesia tersebut di negeri sendiri maupun di negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.

Hadirnya seni media baru, antara lain lewat video art, tentu makin menambah konten internet. New media art berada di tengah pusaran informasi yang membanjir, baik fakta maupun hoax. New media art turut memeriahkan media sosial.

Menurut Krisna Murti, di tengah banjir informasi seni harus mengambil posisi. Seniman yang lama tinggal di Bandung ini meminta para seniman terutama yang muda-muda untuk tidak tenggelam atau larut di era internet di mana setiap orang bisa dengan mudah mengakses bergam konten dan memproduksinya, setiap orang tak lepas dari gandet dan mengunggahnya di media sosial. (Penulis: Iman Herdiana)


Share on Google Plus

About rupadankata

    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Posting Komentar